Powered By Blogger

Selasa, 16 November 2010

THAHARAH


A. Pengertian, dasar hukumnya dan hikmahnya

            Thaharah artinya hal bersuci atau kebersihan. Menurut syariat Islam thaharah adalah suatu kegiatan bersuci dari hadats dan najis sehingga seseorang diperbolehkan untuk mengerjakan suatu ibadah yang dituntut harus dalam keadaan suci, seperti shalat, thawaf dan lain-lain.
Bersuci hukumnya wajib berdasarkan firman Allah dan Rasul-Nya.
1.  Allah berfirman : “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang mensucikan diri”(QS.Al-Baqarah: 222)
2. Rasulullah bersabda : “Allah tidak akan menerima shalat yang tidak dengan bersuci”(HR. Muslim)
            Hikmah dari thaharah antara lain :
1.      Mendidik manusia agar terbiasa hidup bersih.
2.      Menjaga kebersihan berarti menjaga diri dari timbulnya penyakit.
3.      Dapat dijadikan sarana untuk lebih mendekatkan diri pada Allah, sebab Dia lebih menyukai orang-orang yang mensucikan dirinya.
4.      Untuk lebih memperluas dan menjalin hubungan dengan sesama manusia,sekaligus menghindarkan diri dari ketidaksenangan orang lain yang disebabkan oleh keadaan yang kurang bersih.
5.      Bersuci adalah bagian dari iman(sebagaimana sabda Nabi).
B. Thaharah dari najis dan hadats
            Yang dimaksud dengan najis atau kotoran di sini ialah : bangkai, darah yang mengalir, muntah, kotoran, air madzi, air liur anjing, daging babi, khamr, darah(haid, nifas dan istihadhah), bekas jilatan anjing dan seterusnya yang kemungkinan melekat pada badan, pakaian atau tempat yang dipergunakan untuk beribadah.
            Najis terbagi menjadi tiga macam, yaitu :
1.      Najis Mukhaffafah (Najis Ringan)
Yaitu air kencing bayi laki-laki (berumur ± 2 tahun) dengan syarat belum makan atau minum sesuatu kecuali ASI.
Cara mensucikannya cukup dengan memercikan air ke bagian yang terkena sampai bersih.
2.      Najis Mughallazhah (Najis Berat)
Yaitu bekas jilatan anjing atau air liurnya dan kotoran anjing atau babi.
Cara mensucikannya terlebih dahulu dihilangkan wujud benda najis itu baru kemudian dicuci dengan air bersih tujuh kali, salah satunya dicampur dengan debu.
3.      Najis Mutawassithah (Najis Sedang)
Yaitu kotoran manusia atau binatang, air kencing, muntah, arak, nanah, darah (kecuali sangat sedikit dapat dimaafkan, seperti: darah nyamuk, bisul,darah karena luka dan lain-lain.) dan bangkai binatang darat.
            Sedangkan hadats adalah keadaan tidak suci bagi seseorang sehingga menjadikan tidak sah dalam melakukan suatu ibadah tertentu.
            Hadats terbagi menjadi dua macam, yaitu :
1.      Hadats kecil, ialah keadaan seseorang tidak suci dan supaya ia menjadi suci maka ia harus berwudhu’ atau jika tidak ada air/berhalangan dengan tayammum.
Hal-hal yang menyebabkan seseorang berhadats kecil :
a.       Karena keluar sesuatu dari dua lubang.
b.      Karena hilang akal disebabkan mabuk, gila atau sebab lain seperti tidur.
c.       Karena persentuhan antara kulit laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrimnya tanpa batas yang menghalanginya.
d.      Karena menyentuh kemaluan sendiri atau orang lain dengan telapak tangan atau jari.
2.  Hadats besar, ialah keadaan seseorang tidak suci dan supaya ia menjadi suci maka harus mandi atau jika tidak ada air/berhalangan dengan tayammum.
      Hal-hal yang menyebabkan orang berhadats besar :
a.   Bertemunya dua buah kelamin (bercampur suami istri/bersetubuh).
b.   Keluar mani, baik karena mimpi atau sebab lain.
c.   Meninggal dunia.
e.       Haidh
f.        Nifas
g.       Wiladah(melahirkan anak).
            Di dalam menghilangkan najis ada yang disebut dengan “istinjak” yang artinya bersuci sesudah buang air besar atau kecil, dan hukumnya wajib
1.   Cara Beristinjak
a.       Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran dengan air sampai bersih.
b.      Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran dengan batu atau benda-benda kesat lainnya sampai bersih.Yang terbaik apabila dengan kedua-duanya.
2.    Syarat-Syarat Beristinjak Menggunakan Batu atau Benda Kesat
a.       Batu atau benda itu harus kesat dan suci.
b.      Tidak termasuk benda berharga atau dihormati, seperti : emas bata masjid, dsb.
c.       Sekurang-kurangnya tiga usapan dan sampai bersih.
d.      Najis yang akan dibersihkan belum sampai kering.
e.       Najis itu tidak pindah dari tempat keluarnya.
f.        Najis itu tidak bercampur dengan benda lain dan tidak terpercik oleh air.
3.    Adab Beristinjak
a.       Masuk WC dengan mendahulukan kaki kiri dan membaca doa.
b.      Keluar WC dengan mendahulukan kaki kanan dan membaca doa.
c.       Waktu buang air hendaknya memakai alas kaki.
d.      Istinjak dilakukan dengan tangan kiri.
4.      Hal-Hal yang Dilarang Sewaktu Buang Air
a.       Di tempat yang mengganggu orang lain.
b.      Di tempat terbuka.
c.       Berkata-kata kecuali terpaksa.
d.      Di air yang tenang, kecuali air tenang itu besar, seperti danau.
e.       Di lubang-lubang, ditakutkan ada binatang yang terganggu.
f.        Jika terpaksa ditempat terbuka, tidak menghadap/membelakangi kiblat.
Adapun alat-alat yang dipergunakan dalam bersuci terdiri dari dua macam, yaitu air dan bukan air (debu dan benda-benda kesat yang lain seperti : batu,kayu,kertas dan lain-lain).
1. Macam-macam air
a.   Air hujan                e.    Air salju
b.   Air sungai              f.     Air embun
c.   Air laut                   g.    Air mata air
d.   Air sumur
2.  Pembagian Air
a.       Air Muthlaq, yaitu air yang masih asli belum tercampur dengan sesuatu benda lain dan tidak terkena najis.Air ini suci dan dapat mensucikan.
b.      Air Makruh/Air Musyammas, yaitu air yang dipanaskan terik matahari dalam tempat logam yang berkarat.Air ini suci dan mensucikan, tetapi makruh dipakai karena dikhawatirkan menimbulkan suatu penyakit.
c.       Air Musta’mal, yaitu air suci tetapi tidak dapat mensucikan.Ada tiga macam yang masuk jenis ini, yaitu :
a) Air suci yang dicampur dengan benda suci lainnya sehingga air itu berubah salah satu sifatnya(warna, rasa atau baunya).
b) Air suci yang sedikit yang kurang dari 2 kullah yang sudah dipakai bersuci walaupun tidak berubah sifatnya atau air yang cukup 2 kullah yang sudah digunakan bersuci dan telah berubah sifatnya.
c) Air buah-buahan atau air yang ada di dalam pohon.

d.   Air Mutanajjis, yaitu air bernajis yang tidak dapat digunakan untuk bersuci.
      Air yang bernajis itu ada dua macam, yaitu:
a)      Air sedikit (kurang dari dua kulah) kemudian terkena najis.
b)      Air banyak kemudian terkena najis dan berubah salah satu sifatnya.
Wudhu’
            Wudhu’ secara etimologi adalah bersih atau indah. Sedangkan secara terminologi ialah membersihkan anggota wudhu’ dengan air suci dan mensucikan berdasarkan syarat-syarat dan rukun-rukun tertentu.
Allah berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman apabila kamu hendak mengerjakan shalat maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku dan sapulah kepalamu dan kakimu sampai kedua mata kaki.”(QS.Al-Maidah:6)
Rasulullah bersabda : “Allah tidak akan menerima shalat seseorang diantaramu jika ia berhadats sampai berwudhu’lebih dahulu”(HR.Bukhari,Muslim,Abu Daud,Tirmidzi)
1. Rukun Wudhu’
a.       Niat ketika membasuh muka.
b.      Membasuh muka.
c.       Membasuh kedua belah tangan sampai siku.
d.      Mengusap sebagian kepala.
e.       Membasuh kedua kaki sampai mata kaki.
f.        Dengan tertib.
2. Sunat-Sunat Wudhu’
a.       Membaca basmalah.
b.      Membasuh tangan sampai pergelangan terlebih dahulu.
c.       Berkumur-kumur.
d.      Membersihkan hidung.
e.       Menyela-nyela jenggot yang tebal.
f.        Mendahulukan anggota yang kanan dari yang kiri.
g.       Mengusap kepala sampai rata.
h.       Mengusap kedua telinga.
i.         Menyela jari tangan dan kaki.
j.        Mentiga kalikan membasuh.
k.      Berturut-turut.
l.         Berdoa sesudah wudhu’.
3.   Hal-Hal yang Dapat Membatalkan Wudhu’
a.       Keluar sesuatu dari dubur atau qubul.
b.      Tidur atau tertidur yang tidak dengan duduk yang tegap.
c.       Hilang akal sebab gila, pingsan, mabuk dan sebagainya.
d.      Tersentuh kemaluan dengan telapak tangan.
e.       Bersentuh kulit laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim tanpa penghalang. 
4.    Larangan Bagi Orang Yang Berhadast Kecil
            Mengerjakan shalat, thawaf dan membawa atau menyentuh al-Qur’an.

 Mandi
         Mandi artinya membasuh badan. Menurut Syari’at Islam ialah meratakan air pada seluruh badan dari ujung rambut sampai ujung jari-jari kaki dengan niat sesuai keperluannya.Mandi terbagi menjadi dua, wajib dan sunat.
1.     Sebab-Sebab Mandi Wajib
a.        Berkumpulnya suami istri.
b.        Keluar mani (sperma).
c.        Meninggal
d.        Haidh, e. Nifas dan f. Wiladah
2.     Rukun Mandi
a.   Niat
b.   Menghilangkan najis yang ada pada badan.
c.   Meratakan air ke seluruh anggota badan.
3.      Hal-Hal yang Disunnatkan dalam Mandi
a.        Membaca basmalah ketika memulai mandi.
b.        Berwudhu’ sebelum mandi.
c.        Menyegerakan mandi begitu selesai haidh atau nifas atau yang lain-lain.
d.        Menggosok badan dengan tangan.
e.        Mendahulukan anggota badan yang kanan dari yang kiri.
f.          Menyela jari-jari kedua tangan dan kaki.
g.        Menyela-nyela pada rambut yang tebal.
h.        Mentigakalikan membasuh.
i.          Berturut-turut.
j.          Menutup aurat.
Mandi Sunah
1.      Ketika hendak pergi shalat jum’at.
2.      Ketika hendak melaksanakan shalat Hari Raya.
3.      Setelah memandikan jenazah.
4.      Seseorang yang baru masuk Islam.
5.      Baru sembuh dari pingsan, mabuk atau gila.
6.      Ketika hendak mengerjakan ihram.
7.      Ketika masuk kota Mekkah.
8.      Ketika akan wukuf di Padang Arofah.
9.      Ketika hendak pergi shalat gerhana (bulan / matahari).
10.  Ketika hendak shalat istisqo
11.  Ketika akan berkumpul dengan orang banyak.
12.  Ketika tubuh kita kotor.
Larangan Bagi Orang Berhadats Besar
1.      Orang yang berhadats besar karena jinabat dilarang/tidak boleh/tidak sah mengerjakan hal-hal sebagai berikut : a. Shalat      c. Membaca, menyentuh dan membawa al-Quran 
                                 b. Thawaf
2.      Orang yang berhadats besar karena haidh atau nifas dilarang/tidak boleh/tidak sah mengerjakan hal-hal sebagai berikut :
a.       Shalat (tidak wajib qadha’)
b.      Puasa (wajib qadha’)
c.       Membaca, menyentuh dan membawa al-Quran 
d.      Thawaf
e.       Berdiam di masjid

Tayammum

            Tayammum artinya menyengaja atau menuju. Menurut syari’at ialah mengusapkan tanah yang suci pada muka dan kedua tangan sebagai pengganti wudhu’ atau mandi dengan beberapa syarat dan rukun tertentu.
Allah berfirman : “Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik (suci), sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun”(an-Nisaa :43)

Sebab-Sebab Tayammum

1.   Tidak ada air
2.   Sebab sakit yang tidak membolehkan terkena air
3.      Dalam perjalanan yang sangat sulit mendapatkan air

Rukun Tayammum

1.   Niat.
2    Mengusapkan kedua telapak tangan yang telah diberi debu pada muka.
3.  Mengusapkan kedua telapak tangan yang telah diberi debu pada kedua belah tangan  sampai siku.
4.      Tertib.
Syarat-Syarat Tayammum
1.   Adanya ‘udzur (halangan) yang membolehkan tayammum.
2.   Telah datang (masuk) waktu shalat.
3.   Mencari air terlebih dahulu tetapi tidak mendapatkannya.
5.      Dengan debu yang suci.
Sunah-Sunah Tayammum
1.   Membaca basmalah
2.   Mendahulukan anggota yang kanan dari yang kiri.
3.   Menipiskan debu di telapak tangan.
4.   Berturut-turut.
5.   Membaca doa setelah tayammum (doanya doa selesai wudhu’).

Hal-Hal yang Membatalkan Tayammum

1.  Semua yang membatalkan wudhu’ membatalkan tayammum.
2. Mendapatkan/melihat air sebelum mengerjakan shalat bagi yang sebabnya karena ketiadaan air.
3.  Karena murtad atau kafir.
Praktek Tayammum
1.  Mencari tanah yang berdebu.
2.  Membaca basmalah.
3.  Berniat melakukan tayammum.
4.  Menempelkan kedua belah tangan ke atas debu.
5.  Mengusap tangan yang berdebu ke muka.
6.      Menempelkan kedua belah tangan sekali lagi ke atas debu.
7.      Mengusap telapak tangan kiri ke tangan kanan sampai siku dan sebaliknya.
8.      Membaca doa seperti doa berwudhu’.

NB : Cara bertayammum sebagai ganti mandi sama saja dengan tayammum sebagai ganti wudhu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar