Powered By Blogger

Selasa, 16 November 2010

HAJI


A. Pengertian, Dasar Hukum, Hikmah dan Syarat Wajibnya

           
“Al-Hajj” menurut bahasa adalah menyengaja atau menuju. Menurut istilah syariat Islam suatu amal ibadah yang dilakukan dengan sengaja mengunjungi rumah Allah di Mekah dengan maksud beribadah secara ikhlas mengharap ridha Allah dengan syarat-syarat, rukun-rukun dan kewajiban-kewajiban tertentu.
            Haji adalah ibadah wajib bagi orang Islam yang mampu. Allah berfirman :

Menunaikan ibadah haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah. Yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke baitullah”(QS. Ali Imran : 97)
           
Hikmah haji antara lain :
1.      Penyerahan diri secara sungguh-sungguh kepada Allah
2.      Memperoleh kenikmatan tersendiri dalam taqarrub, ibadah dan bertaubat kepada Allah
3.      Latihan disiplin diri yang tinggi untuk mematuhi berbagai macam peraturan
4.      Usaha mewujudkan persaudaraan yang sungguh-sungguh sesama umat muslim
5.      Perwujudan kesederhanaan, kesucian dan kebersihan diri
6.      Latihan penguasaan diri dan pengendalian emosi
7.      Usaha untuk membersihkan harta dan menghilangkan sifat-sifat kikir, tamak dll

Syarat wajib haji adalah :
1.      Islam          4.  Merdeka
2.      Baligh         5.  Mampu
3.      Berakal

 

B. Syarat dan Rukun Haji serta Hal-Hal yang Membatalkannya


            Syarat haji adalah :
1.      Islam          4.  Merdeka    
2.      Baligh         5.  Mampu
3.      Berakal
Rukun haji adalah :
1.      Ihram                     : Berpakaian haji dan berniat haji
2.      Wuquf                    : Berdiam di Padang Arafah(9 dzulhijjah)
3.      Thawaf Ifadhah       : Mengelilingi ka’bah 7 kali
4.      Sa;I                        : Berlari kecil antara Safa&Marwah sebanyak 7 kali
5.      Tahallul                   : Membuka ihram dengan menggunting rambut sedikitnya 3 helai
6.      Tertib                     : Berurutan

Sunat haji adalah :
1.      Mandi untuk ihram.
2.      Shalat sunah ihram 2 raka’at.
3.      Thawaf Qudum.
4.      Membaca talbiyah.
5.      Bermalam di Mina tanggal 9 Dzul Hijjah.
6.      Berkumpul di Arafah pada waktu siang dan malam.
7.      Berhenti di Masjidil Haram pada hari nahar (10 Dzul Hijjah).
8.      Berpakaian ihram yang serba putih.
9.      Membaca doa setelah membaca talbiyah.
10.  Shalat sunah 2 raka’at setelah thawaf qudum.
11.  Membaca doa ketika thawaf.
12.  Masuk ke Ka’bah.

LARANGAN DALAM IBADAH HAJI

1. Larangan khusus bagi pria
    a.  Memakai pakaian berjahit saat ihram.
    b.  Memakai tutup kepala sewaktu dalam ihram.
    c.  Memakai sepatu yang menutupi mata kaki sewaktu masa ihram.

2. Larangan khusus bagi wanita
    *  Memakai tutup muka dan sarung tangan sewaktu ihram.

3. Larangan khusus bagi pria dan wanita
    a.  Memotong dan mencabut kuku.
    b. Memotong atau mencukur rambut kepala, mencabut bulu badan lainnya,menyisir rambut kepala,mencabut bulu hidung dsb.
    c. Memakai harum-haruman pada badan, pakaian,maupun rambut,kecuali yang telah dipakai sebelum ihram.
    d. Mengadakan perkawinan,mengawinkan orang lain,menjadi wakil dalam akad nikah atau melamar.
    e.  Memburu dan membunuh binatang darat dengan cara apapun ketika ihram.
    f.  Bercumbu rayu dengan syahwat atau bersetubuh.(orang yang bersetubuh sebelum tahallul awwal, maka hajinya batal).
    g.  Mencaci maki,mengumpat,bertengkar,mengucapkan kata-kata kotor.

DAM(DENDA)

      Jenis-jenis dam :
1.      Orang yang meninggalkan wajib haji :
a.   Menyembelih kambing.(jika tidak dapat)
b.  Berpuasa 10 hari.3 hari dikerjakan saat haji dan 7 hari dikerjakan setelah kembali ke negara masing-masing.
2.   Orang yang melanggar larangan ihram :
      a.    Menyembelih seekor kambing.(atau)
      b.    Berpuasa 3 hari.(atau)
      c.    Bersedekah 3 sha’(sekitar 7kg) kepada 6 orang fakir miskin.
3.   Orang yang berburu binatang :
      a.    Menyembelih binatang yang semisal.(jika tidak ada)
      b. Diganti dengan bersedekah kepada fakir miskin seharga binatang yang dibunuh(dilaksanakan di tanah haram)
      c.    Berpuasa dengan perhitungan tiap-tiap 1 mud (sekitar 600gr) sama dengan puasa 1 hari.
4.   Orang yang memotong pepohonan :
      a.    Menyembelih seekor unta/sapi,apabila pohon yang dipotong besar.
      b.    Menyembelih seekor kambing, apabila pohon yang dipotong kecil.
5.   Orang yang melakukan persetubuhan suami istri :
      a.  Jika senggama dilakukan sebelum tahallul awal maka hajinya batal.Dan ia wajib membayar kifarat/denda serta wajib mengulangi hajinya pada tahun berikutnya.Kifaratnya :
·        Menyembelih unta atau sapi.(atau)
·        Menyembelih 7 ekor kambing.(atau)
·        Bersedekah makanan kepada fakir miskin sebesar harga unta/sapi yang dilaksanakan di tanah haram.(atau)
·        Berpuasa seharga unta/sapi,yakni dengan ketentuan 1 mud/sekitar 600gr adalah 1 hari puasa.
  1. Jika senggama dilakukan setelah tahallul awal,hajinya tidak batal tetapi ia wajib membayar dam.
7.      Orang yang terhalang di jalan sehingga tidak dapat menyempurnakan/meneruskan haji/umrahnya,maka bolehlah tahallul dengan menyembelih seekor kambing di tempat ia terhalang itu. Kemudian bercukur atau memotong rambut dengan niat tahallul.

Hal-hal yang membatalkan haji adalah :
1.      Meninggalkan salah satu dari rukun haji dan
2.      Bersetubuh bila dilakukan sebelum melontar jumrah ‘Aqabah.

 

C. Perbedaan Haji dan Umrah serta Macam-Macam Haji

Ibadah haji dan umrah mempunyai perbedaan dari segi waktu dan dari segi sebagian manasik atau hukumnya. Adapun dari segi waktu, ibadah haji mempunyai waktu-waktu tertentu yaitu bulan-bulan tertentu yang tidak sah niat ihram haji kecuali di dalamnya. Adapun bulan-bulan tersebut yaitu : syawal, dzulqo’dah, dan 10 hari pertama  dari bulan dzulhijjah. Sedangkan umrah, maka hari-hari dalam setahun adalah merupakan waktu dibolehkannnya untuk niat ibadah umrah, kecuali waktu-waktu haji bagi orang yang berniat ihram haji saja didalamnya.Adapun dari segi manasik, dalam ibadah haji terdapat wukuf di Arafah, mabit di mudzdalifah dan di Mina, melempar Jumrah. Sedangkan umrah,  hal-hal di atas tidak perlu dilakukan. Yang mana umrah hanya terdiri dari niat ihram, thawaf dan sa’I halq ataupun tahallul saja. Jadi haji sangat berbeda dengan umrah.
            Adapun macam-macam haji adalah :
1.      Haji Tamattu’
Ialah seorang berihram untuk melaksanakan umrah pada bulan-bulan haji, memasuki Makkah lalu menyelesaikan umrahnya dengan melaksanakan thawaf umrah, sa'i umrah kemudian bertahallul dari ihramnya dengan memotong pendek atau mencukur rambut kepalanya, lalu dia tetap dalam kondisi halal (tidak ber-ihram) hingga datangnya hari Tarwiyah, yaitu tanggal 8 Dzulhijjah. Apabila tanggal 8 Dzulhijjah telah tiba, dia berihram lagi untuk melaksanakan haji  lalu menjalankan manasik hingga selesai.
Orang yang melaksanakan haji Tamattu' wajib menyembelih binatang "hadyu."
2.      Haji Qiran
Yaitu seorang berihram untuk melaksanakan umrah dan haji secara bersamaan, atau dia berihram untuk umrah, lalu berihram untuk haji sebelum memulai thawafnya, kemudian ia memasuki kota Makkah dan tetap pada ihramnya hingga selesai melaksanakan manasik hajinya (sampai tanggal 10 Dzulhijjah), dan wajib baginya untuk menyembelih "hadyu".
3.      Haji Ifrad
Yaitu seorang yang berihram untuk melaksanakan ibadah haji saja, dia tidak bertahallul dari ihramnya, kecuali setelah melempar jamroh 'aqabah (pada tanggal 10 Dzulhijjah), dan tidak ada kewajiban menyembelih "hadyu" baginya.
D. Miqat, Mabit dan Badal Haji
                        Miqat adalah batas waktu atau batas tempat untuk memulai ihram dalam ibadah haji atau umrah.
            Miqat terbagi menjadi 2 macam, yaitu :
1.      Miqat Zamani (waktu)
Batas waktu ihram haji dari tanggal 1 bulan Syawal sampai terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah. Kalau menjalankan ihram di luar itu disebut ihram umrah. Ihram umrah tidak ada batas waktunya, sedangkan ihram haji hanya wajib sekali setahun.
2.      Bagi orang-orang yang datang dari luar tanah haram, ada lima tempat yang telah ditentukan sebagai batas untuk kewajiban ihram, yaitu :
·        Dzul Hulaifah       : Sekarang disebut “Bir Ali” inilah miqat bagi yang datang dari Madinah.
·        Juhfah                  : Sebuah perkampungan yang dinamakan “Rabigh”inilah miqat bagi yang datang dari Mesir, Syam dan Maghribi.
·        Qarnun                : Inilah miqat bagi yang datang dari Najed dan Hijaz.
·        Dzatul ‘Irqin        : Inilah miqat bagi yang datang dari Iraq
·        Yalamlam            : Inilah miqat bagi yang datang dari India, Yaman dan Indonesia.
Itu bagi haji Indonesia yang menggunakan kapal laut melalui laut merah. Sedangkan yang menggunakan pesawat terbang dibagi menjadi 2 gelombang, yaitu :
·        Gelombang 1,Dari Indonesia mendarat di bandara King Abdul Aziz Jeddah, langsung diberangkatkan ke Madinah dan miqatnya adalah di Bir Ali.
·        Gelombang 2,Dari Indonesia mendarat di bandara King Abdul Aziz Jeddah, kemudian diberangkatkan ke Mekah dan miqatnya di Air Port King Abdul Aziz Jeddah.
Badal haji adalah menggantikan seseorang untuk melaksanakan ibadah haji ke tanah suci. Barangsiapa yang mampu menyambut panggilan haji, kemudian kerana sakit atau lanjut usia tidak dapat melaksanakannya, maka dia diharuskan meminta orang lain untuk menghajikannya. Hal ini berdasarkan hadis riwayat Fadl bin Abbas ra. Bahwa seorang wanita dari Bani Khats'am berkata, "Wahai Rasulullah saw.! Sesungguhnya Allah telah mewajibkan haji kepada hamba-Nya, bapaku seorang yang sudah berumur, tidak mampu mengadakan perjalanan, apakah boleh aku menghajikannya?" Rasulullah saw. menjawab, "Boleh." Ini pendapat Imam Syafi'i, Imam Ahmad dan Imam Abu Hanifah. Sementara Imam Malik berkata, "Tidak wajib." Apabila seorang yang sakit setelah dihajikan sembuh, maka kewajiban hajinya tidak gugur. Yang bersangkutan wajib mengulanginya. Menurut Imam Ahmad kewajibannya telah gugur. Barangsiapa yang melaksanakan haji nazar sementara dia belum melaksanakan haji Islamnya, maka haji nazarnya itu dibalas sebagai haji Islam dan setelah itu ia harus menunaikan haji nazarnya. Barangsiapa yang meninggal dunia, belum malaksanakan haji Islam atau haji nazar, maka walinya wajib untuk menunaikan haji tersebut dengan biaya dari harta si mayit. Ini pendapat ulama Syafi'i dan Hambali. Ulama Hanafi dan Maliki berpendapat, "Ahli waris tidak wajib menghajikan si mayit kecuali jika si mayit mewasiatkannya, maka ia dihajikan dengan biaya tidak lebih dari sepertiga harta warisan." Orang yang melaksanakan haji badal disyaratkan sudah melaksanakan haji untuk dirinya baik mampu atau tidak. Hal ini berdasarkan hadis riwayat Ibnu Abbas r.a., Bahwa Rasulullah saw. mendengar seorang laki-laki berkata, "Aku penuhi panggilan-Mu untuk Syabramah." Rasulullah saw. bertanya, "Apakah engkau telah melaksanakan haji untuk dirimu?" Ia menjawab, "Belum." Beliau bersabda, "Hajilah untuk dirimu kemudian laksanakan haji untuk Syabramah."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar