Powered By Blogger

Selasa, 16 November 2010

ZAKAT


A. Pengertian, Dasar Hukum, Hikmah dan Syarat-Syaratnya

            Zakat secara bahasa artinya tumbuh atau suci. Sedangkan menurut syara’ ialah kegiatan mengeluarkan sebagian harta tertentu untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu.
            Hukum zakat fardhu (wajib) ain bagi orang-orang muslim yang telah mencukupi syarat-syaratnya. Allah SWT berfirman :
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka” (QS.At-Taubah : 103)
            Hikmah zakat antara lain :
  1. Mendidik jiwa suka memberi.
  2. Membersihkan jiwa dari sifat-sifat kikir.
  3. Menolong penghidupan fakir dan miskin.
  4. Menjaga hubungan baik dan memperkokoh persaudaraan.
  5. Menjaga timbulnya sifat-sifat iri dan dengki.
  6. Menjaga timbulnya pencurian dan perampokan.
  7. Untuk menegakkan dan memelihara agama Islam.
Syarat-syarat zakat antara lain :
  1. Orang Islam            4.   Milik penuh
  2. Baligh                       5.   Sampai nisabnya
  3. Orang merdeka       6.   Sampai setahun (selain biji, bauh dan barang tambang)

B. Harta yang Wajib Dizakatkan, Nisabnya dan Kadar yang Wajib Dikeluarkan

            Adapun harta yang wajib dizakati itu ialah :
  1. Emas, perak dan uang        4.   Hasil bumi, makanan pokok dan buah-buahan
  2. Harta perniagaan                 5.   Barang tambang dan barang temuan
  3. Binatang ternak
1.  Zakat emas, perak dan uang
     a.   Emas : nisabnya 20 dinar (mitsqal) sekitar 96 gram. Zakatnya 2,5% atau seperempat puluhnya.
b.      Perak  : nisabnya 200 dirham, sekitar 672 gram. Zakatnya 2,5%.(Emas dan perak yang dipakai perempuan dan tidak berlebih-lebihan (bukan untuk disimpan) maka tidak wajib dizakati).
c.      Uang   : dasar peredaran uang adalah emas. Maka orang yang mempunyai uang seharga 96 gram emas atau lebih, wajib dikeluarkan zakatnya 2,5%.
2.   Zakat harta perniagaan (perdagangan)
      a.     Harta perniagaan : harta dagangan yang mencapai jumlah 96 gram emas, wajib dikeluarkan zakatnya sebanyak 2,5%. Yang dihitung bukan untungnya saja, tapi seluruh pokok dan labanya.
      b.      Harta Koperasi, perseroan dan lain-lain : yaitu harta milik banyak orang tetapi menjadi satu perniagaan, maka hukumnya dihitung sebagai satu perniagaan. Nisab zakatnya seperti satu perniagaan.
3.   Zakat binatang ternak
       a.     Kambing/domba : nisabnya 40 ekor wajib mengeluarkan zakatnya.
               40-120 ekor              : zakatnya 1 ekor
               121-200 ekor            : zakatnya 2 ekor
               201-300 ekor            : zakatnya 3 ekor
               301-400 ekor            : zakatnya 4 ekor
               401-500 ekor            : zakatnya 5 ekor
               Tiap bertambah 100 ekor zakatnya 1 ekor.
        b.    Lembu/kerbau/sapi : nisabnya 30 ekor ke atas, wajib mengeluarkan zakatnya.
               30 ekor         : zakatnya 1 ekor berumur 1-2 tahun (tabii)
               40 ekor         : zakatnya1ekor berumur 2-3 tahun   (musinnah)
               60 ekor         : zakatnya 2 ekor tabii
               70 ekor         : zakatnya 1 ekor tabii dan 1 ekor musinnah
               80 ekor         : zakatnya 2 ekor musinnah
               90 ekor         : zakatnya 3 ekor tabii
               100 ekor       : zakatnya 2 ekor tabii dan 1 ekor musinnah
         c.   Unta : seseorang yang mempunyai 5 ekor unta ke atas, wajib mengeluarkan zakatnya dengan aturan sebagai berikut.
               -5 ekor zakatnya 1 ekor kambing
               -10 ekor zakatnya 2 ekor kambing
               -15 ekor zakatnya 3 ekor kambing
               -20 ekor zakatnya 4 ekor kambing
               -25 ekor zakatnya 1 ekor unta betina berumur 1 tahun menginjak tahun ke-2, jika  tidak ada 1 ekor unta jantan berumur 2 tahun menginjak tahun ke-3.
               -36 ekor zakatnya 1 ekor unta betina berumur 2 tahun menginjak tahun ke-3.
               -46 ekor zakatnya 1 ekor unta betina berumur 3 tahun menginjak tahun ke-4.
               -61 ekor zakatnya 1 ekor unta betina berumur 4 tahun menginjak tahun ke-5.
               -76 ekor zakatnya 2 ekor unta jantan berumur 2 tahun menginjak tahun ke-3.
               -91 ekor zakatnya 2 ekor unta betina berumur 3 tahun menginjak tahun ke-4.
               Kemudian tiap-tiap bertambah 40 ekor unta zakatnya 1 ekor unta berumur 2-3 tahun dan tiap-tiap bertambah 50 ekor zakatnya 1 ekor unta berumur 3-4 tahun.
4.   Zakat hasil bumi, makanan pokok dan buah-buahan
      Hasil bumi yang wajib dizakati ialah : hasil bumi yang dapat menjadi makanan pokok, seperti padi (beras), jagung, gandum, sagu dll, serta buah-buahan yaitu : kurma dan anggur. Segala macam hasil bumi yang sudah bersih nisabnya 5 wasak yaitu sekitar 700 kg. Adapun hasil bumi yang masih berkulit nisabnya 10 wasak, yaitu sekitar 1.400 kg. Apabila hasil bumi tersebut di atas diairi dengan air hujan, air mata air dan sebagainya, dengan tidak mengeluarkan biaya untuk membeli atau ongkos membawa air, maka zakatnya 10%. Adapun yang pengairannya menggunakan biaya atau upah, maka zakatnya 5%.
5.   Zakat barang tambang dan temuan
      Barang tambang yang wajib dizakati hanyalah emas dan perak. Nisabnya adalah 1 mitsqal (sekitar 96 gram) untuk emas dan 200 dirham (sekitar 672 gram) untuk perak. Maka dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%.
      Adapun barang temuan (rikaz) yaitu emas dan perak, nisabnya sama seperti barang tambang dan zakatnya sebesar 20% atau 1/5 (seperlima).
C. Mustahiq Zakat
1.      Fakir ialah orang miskin yang tidak berharta dan tidak kuasa untuk bekerja atau berusaha guna mencukupi hajat nafkahnya, sedangkan orang yang menanggung (menjamin) belum ada.
2.      Miskin ialah orang yang tidak mencukupi hajat nafkahnya, meskipun ia punya usaha tetapi tidak mencukupi kebutuhannya. sedangkan orang yang menanggung (menjamin) belum ada.
3.      ‘Amil ialah orang (panitia) yang mengurusi zakat sejak mengumpulkan dan membagi-bagikan hanya kepada yang berhak.
4.      Muallaf ialah orang yang baru masuk Islam.
5.      Budak ialah hamba sahaya yang mempunyai perjanjian dengan tuannya untuk dimerdekakan dengan jalan menebus dirinya.
6.      Gharimin ialah orang yang mempunyai hutang karena suatu kepentingan yang bukan maksiat dan ia tidak mampu untuk melunasinya.
7.      Fisabilillah ialah :
a.       Orang yang berperang di jalan Allah, karena itu ia tidak dapat mencari nafkah pada saat itu.
b.      Untuk usaha-usaha guna meninggikan agama Islam dan ajaran-ajarannya, seperti mendirikan masjid sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
8.      Ibnu sabil ialah musafir yang kehabisan bekal dalam bepergian dengan maksud baik, seperti menuntut ilmu, menyiarkan agama Allah dan lain-lain.
D. Zakat Fitrah, Dasar Hukumnya dan Pelaksanaannya
1.   Pengertian zakat fitrah
      Ialah zakat yang diwajibkan bagi setiap muslim yang memiliki kelebihan bagi keperluan dirinya dan keluarganya pada hari raya Idul Fitri. Orang yang wajib dizakati yaitu :  - Badannya sendiri, besar kecil, laki-laki perempuan merdeka ataupun hamba.
                  - Orang yang di bawah tanggungannya, anak, istri, ibu dll.
2.   Syarat-syarat zakat fitrah
a.       Orang Islam
b.      Ada kelebihan makanan untuk sekeluarga pada hari itu.
c.       Orang itu hidup di waktu matahari terbenam pada akhir bulan ramadhan.
3.   Takaran zakat fitrah
      Tiap orang/badan zakatnya 1 sha atau sekitar 2,305 kg dibulatkan menjadi 2,5 kg dari beras atau lainnya yang menjadi makanan pokok di masing-masing negeri.
4.   Waktu membayar zakat fitrah
a.       Waktu yang dibolehkan : mulai dari awal Ramadhan sampai penghabisan Ramadhan.
b.      Waktu wajib    : semenjak terbenam matahari pada penghabisan Ramadhan.
c.       Waktu yang afdhal : sesudah shalat shubuh sampai sebelum shalat idul fitri.

            Hukum zakat fitrah adalah wajib. Rasulullah SAW bersabda :
            “Rasulullah SAW. Mewajibkan zakat fitrah, segantang (2,5 kg) kurma atau gandum atas hamba sahaya, orang merdeka, laki-laki, perempuan, anak kecil, dewasa yang beragama Islam”(HR. Bukhari&Muslim).

            Sedangkan pelaksanaannya, pendistribusian zakat fitrah dilakukan pada awal-awal Ramadhan untuk membantu keberadaan fakir dan miskin menjelang lebaran karena harga pada saat ini melonjak. Oleh karena itu, pendistribusian zakat fitrah pada malam lebaran kurang tepat karena besoknya toko-toko tutup sehingga orang miskin terpaksa menunda keinginannya. Padahal tujuan zakat fitrah untuk membahagiakan mereka pada satu hari lebaran. Hal lain yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah jumlah yang seharusnya didistrubusikan. Pada hadits di atas ditegaskan jumlah zakat fitrah sebanyak 1 (satu) gantang namun jumlah ini masih diperselisihkan jika dialihkan kepada ukuran kilogram. Menurut Abu Hanifah 1 (satu) gantang sama dengan 3.5 kg sedangkan menurut Imam Syafi'i sekitar 2.7 kg.

THAHARAH


A. Pengertian, dasar hukumnya dan hikmahnya

            Thaharah artinya hal bersuci atau kebersihan. Menurut syariat Islam thaharah adalah suatu kegiatan bersuci dari hadats dan najis sehingga seseorang diperbolehkan untuk mengerjakan suatu ibadah yang dituntut harus dalam keadaan suci, seperti shalat, thawaf dan lain-lain.
Bersuci hukumnya wajib berdasarkan firman Allah dan Rasul-Nya.
1.  Allah berfirman : “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang mensucikan diri”(QS.Al-Baqarah: 222)
2. Rasulullah bersabda : “Allah tidak akan menerima shalat yang tidak dengan bersuci”(HR. Muslim)
            Hikmah dari thaharah antara lain :
1.      Mendidik manusia agar terbiasa hidup bersih.
2.      Menjaga kebersihan berarti menjaga diri dari timbulnya penyakit.
3.      Dapat dijadikan sarana untuk lebih mendekatkan diri pada Allah, sebab Dia lebih menyukai orang-orang yang mensucikan dirinya.
4.      Untuk lebih memperluas dan menjalin hubungan dengan sesama manusia,sekaligus menghindarkan diri dari ketidaksenangan orang lain yang disebabkan oleh keadaan yang kurang bersih.
5.      Bersuci adalah bagian dari iman(sebagaimana sabda Nabi).
B. Thaharah dari najis dan hadats
            Yang dimaksud dengan najis atau kotoran di sini ialah : bangkai, darah yang mengalir, muntah, kotoran, air madzi, air liur anjing, daging babi, khamr, darah(haid, nifas dan istihadhah), bekas jilatan anjing dan seterusnya yang kemungkinan melekat pada badan, pakaian atau tempat yang dipergunakan untuk beribadah.
            Najis terbagi menjadi tiga macam, yaitu :
1.      Najis Mukhaffafah (Najis Ringan)
Yaitu air kencing bayi laki-laki (berumur ± 2 tahun) dengan syarat belum makan atau minum sesuatu kecuali ASI.
Cara mensucikannya cukup dengan memercikan air ke bagian yang terkena sampai bersih.
2.      Najis Mughallazhah (Najis Berat)
Yaitu bekas jilatan anjing atau air liurnya dan kotoran anjing atau babi.
Cara mensucikannya terlebih dahulu dihilangkan wujud benda najis itu baru kemudian dicuci dengan air bersih tujuh kali, salah satunya dicampur dengan debu.
3.      Najis Mutawassithah (Najis Sedang)
Yaitu kotoran manusia atau binatang, air kencing, muntah, arak, nanah, darah (kecuali sangat sedikit dapat dimaafkan, seperti: darah nyamuk, bisul,darah karena luka dan lain-lain.) dan bangkai binatang darat.
            Sedangkan hadats adalah keadaan tidak suci bagi seseorang sehingga menjadikan tidak sah dalam melakukan suatu ibadah tertentu.
            Hadats terbagi menjadi dua macam, yaitu :
1.      Hadats kecil, ialah keadaan seseorang tidak suci dan supaya ia menjadi suci maka ia harus berwudhu’ atau jika tidak ada air/berhalangan dengan tayammum.
Hal-hal yang menyebabkan seseorang berhadats kecil :
a.       Karena keluar sesuatu dari dua lubang.
b.      Karena hilang akal disebabkan mabuk, gila atau sebab lain seperti tidur.
c.       Karena persentuhan antara kulit laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrimnya tanpa batas yang menghalanginya.
d.      Karena menyentuh kemaluan sendiri atau orang lain dengan telapak tangan atau jari.
2.  Hadats besar, ialah keadaan seseorang tidak suci dan supaya ia menjadi suci maka harus mandi atau jika tidak ada air/berhalangan dengan tayammum.
      Hal-hal yang menyebabkan orang berhadats besar :
a.   Bertemunya dua buah kelamin (bercampur suami istri/bersetubuh).
b.   Keluar mani, baik karena mimpi atau sebab lain.
c.   Meninggal dunia.
e.       Haidh
f.        Nifas
g.       Wiladah(melahirkan anak).
            Di dalam menghilangkan najis ada yang disebut dengan “istinjak” yang artinya bersuci sesudah buang air besar atau kecil, dan hukumnya wajib
1.   Cara Beristinjak
a.       Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran dengan air sampai bersih.
b.      Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran dengan batu atau benda-benda kesat lainnya sampai bersih.Yang terbaik apabila dengan kedua-duanya.
2.    Syarat-Syarat Beristinjak Menggunakan Batu atau Benda Kesat
a.       Batu atau benda itu harus kesat dan suci.
b.      Tidak termasuk benda berharga atau dihormati, seperti : emas bata masjid, dsb.
c.       Sekurang-kurangnya tiga usapan dan sampai bersih.
d.      Najis yang akan dibersihkan belum sampai kering.
e.       Najis itu tidak pindah dari tempat keluarnya.
f.        Najis itu tidak bercampur dengan benda lain dan tidak terpercik oleh air.
3.    Adab Beristinjak
a.       Masuk WC dengan mendahulukan kaki kiri dan membaca doa.
b.      Keluar WC dengan mendahulukan kaki kanan dan membaca doa.
c.       Waktu buang air hendaknya memakai alas kaki.
d.      Istinjak dilakukan dengan tangan kiri.
4.      Hal-Hal yang Dilarang Sewaktu Buang Air
a.       Di tempat yang mengganggu orang lain.
b.      Di tempat terbuka.
c.       Berkata-kata kecuali terpaksa.
d.      Di air yang tenang, kecuali air tenang itu besar, seperti danau.
e.       Di lubang-lubang, ditakutkan ada binatang yang terganggu.
f.        Jika terpaksa ditempat terbuka, tidak menghadap/membelakangi kiblat.
Adapun alat-alat yang dipergunakan dalam bersuci terdiri dari dua macam, yaitu air dan bukan air (debu dan benda-benda kesat yang lain seperti : batu,kayu,kertas dan lain-lain).
1. Macam-macam air
a.   Air hujan                e.    Air salju
b.   Air sungai              f.     Air embun
c.   Air laut                   g.    Air mata air
d.   Air sumur
2.  Pembagian Air
a.       Air Muthlaq, yaitu air yang masih asli belum tercampur dengan sesuatu benda lain dan tidak terkena najis.Air ini suci dan dapat mensucikan.
b.      Air Makruh/Air Musyammas, yaitu air yang dipanaskan terik matahari dalam tempat logam yang berkarat.Air ini suci dan mensucikan, tetapi makruh dipakai karena dikhawatirkan menimbulkan suatu penyakit.
c.       Air Musta’mal, yaitu air suci tetapi tidak dapat mensucikan.Ada tiga macam yang masuk jenis ini, yaitu :
a) Air suci yang dicampur dengan benda suci lainnya sehingga air itu berubah salah satu sifatnya(warna, rasa atau baunya).
b) Air suci yang sedikit yang kurang dari 2 kullah yang sudah dipakai bersuci walaupun tidak berubah sifatnya atau air yang cukup 2 kullah yang sudah digunakan bersuci dan telah berubah sifatnya.
c) Air buah-buahan atau air yang ada di dalam pohon.

d.   Air Mutanajjis, yaitu air bernajis yang tidak dapat digunakan untuk bersuci.
      Air yang bernajis itu ada dua macam, yaitu:
a)      Air sedikit (kurang dari dua kulah) kemudian terkena najis.
b)      Air banyak kemudian terkena najis dan berubah salah satu sifatnya.
Wudhu’
            Wudhu’ secara etimologi adalah bersih atau indah. Sedangkan secara terminologi ialah membersihkan anggota wudhu’ dengan air suci dan mensucikan berdasarkan syarat-syarat dan rukun-rukun tertentu.
Allah berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman apabila kamu hendak mengerjakan shalat maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku dan sapulah kepalamu dan kakimu sampai kedua mata kaki.”(QS.Al-Maidah:6)
Rasulullah bersabda : “Allah tidak akan menerima shalat seseorang diantaramu jika ia berhadats sampai berwudhu’lebih dahulu”(HR.Bukhari,Muslim,Abu Daud,Tirmidzi)
1. Rukun Wudhu’
a.       Niat ketika membasuh muka.
b.      Membasuh muka.
c.       Membasuh kedua belah tangan sampai siku.
d.      Mengusap sebagian kepala.
e.       Membasuh kedua kaki sampai mata kaki.
f.        Dengan tertib.
2. Sunat-Sunat Wudhu’
a.       Membaca basmalah.
b.      Membasuh tangan sampai pergelangan terlebih dahulu.
c.       Berkumur-kumur.
d.      Membersihkan hidung.
e.       Menyela-nyela jenggot yang tebal.
f.        Mendahulukan anggota yang kanan dari yang kiri.
g.       Mengusap kepala sampai rata.
h.       Mengusap kedua telinga.
i.         Menyela jari tangan dan kaki.
j.        Mentiga kalikan membasuh.
k.      Berturut-turut.
l.         Berdoa sesudah wudhu’.
3.   Hal-Hal yang Dapat Membatalkan Wudhu’
a.       Keluar sesuatu dari dubur atau qubul.
b.      Tidur atau tertidur yang tidak dengan duduk yang tegap.
c.       Hilang akal sebab gila, pingsan, mabuk dan sebagainya.
d.      Tersentuh kemaluan dengan telapak tangan.
e.       Bersentuh kulit laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim tanpa penghalang. 
4.    Larangan Bagi Orang Yang Berhadast Kecil
            Mengerjakan shalat, thawaf dan membawa atau menyentuh al-Qur’an.

 Mandi
         Mandi artinya membasuh badan. Menurut Syari’at Islam ialah meratakan air pada seluruh badan dari ujung rambut sampai ujung jari-jari kaki dengan niat sesuai keperluannya.Mandi terbagi menjadi dua, wajib dan sunat.
1.     Sebab-Sebab Mandi Wajib
a.        Berkumpulnya suami istri.
b.        Keluar mani (sperma).
c.        Meninggal
d.        Haidh, e. Nifas dan f. Wiladah
2.     Rukun Mandi
a.   Niat
b.   Menghilangkan najis yang ada pada badan.
c.   Meratakan air ke seluruh anggota badan.
3.      Hal-Hal yang Disunnatkan dalam Mandi
a.        Membaca basmalah ketika memulai mandi.
b.        Berwudhu’ sebelum mandi.
c.        Menyegerakan mandi begitu selesai haidh atau nifas atau yang lain-lain.
d.        Menggosok badan dengan tangan.
e.        Mendahulukan anggota badan yang kanan dari yang kiri.
f.          Menyela jari-jari kedua tangan dan kaki.
g.        Menyela-nyela pada rambut yang tebal.
h.        Mentigakalikan membasuh.
i.          Berturut-turut.
j.          Menutup aurat.
Mandi Sunah
1.      Ketika hendak pergi shalat jum’at.
2.      Ketika hendak melaksanakan shalat Hari Raya.
3.      Setelah memandikan jenazah.
4.      Seseorang yang baru masuk Islam.
5.      Baru sembuh dari pingsan, mabuk atau gila.
6.      Ketika hendak mengerjakan ihram.
7.      Ketika masuk kota Mekkah.
8.      Ketika akan wukuf di Padang Arofah.
9.      Ketika hendak pergi shalat gerhana (bulan / matahari).
10.  Ketika hendak shalat istisqo
11.  Ketika akan berkumpul dengan orang banyak.
12.  Ketika tubuh kita kotor.
Larangan Bagi Orang Berhadats Besar
1.      Orang yang berhadats besar karena jinabat dilarang/tidak boleh/tidak sah mengerjakan hal-hal sebagai berikut : a. Shalat      c. Membaca, menyentuh dan membawa al-Quran 
                                 b. Thawaf
2.      Orang yang berhadats besar karena haidh atau nifas dilarang/tidak boleh/tidak sah mengerjakan hal-hal sebagai berikut :
a.       Shalat (tidak wajib qadha’)
b.      Puasa (wajib qadha’)
c.       Membaca, menyentuh dan membawa al-Quran 
d.      Thawaf
e.       Berdiam di masjid

Tayammum

            Tayammum artinya menyengaja atau menuju. Menurut syari’at ialah mengusapkan tanah yang suci pada muka dan kedua tangan sebagai pengganti wudhu’ atau mandi dengan beberapa syarat dan rukun tertentu.
Allah berfirman : “Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik (suci), sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun”(an-Nisaa :43)

Sebab-Sebab Tayammum

1.   Tidak ada air
2.   Sebab sakit yang tidak membolehkan terkena air
3.      Dalam perjalanan yang sangat sulit mendapatkan air

Rukun Tayammum

1.   Niat.
2    Mengusapkan kedua telapak tangan yang telah diberi debu pada muka.
3.  Mengusapkan kedua telapak tangan yang telah diberi debu pada kedua belah tangan  sampai siku.
4.      Tertib.
Syarat-Syarat Tayammum
1.   Adanya ‘udzur (halangan) yang membolehkan tayammum.
2.   Telah datang (masuk) waktu shalat.
3.   Mencari air terlebih dahulu tetapi tidak mendapatkannya.
5.      Dengan debu yang suci.
Sunah-Sunah Tayammum
1.   Membaca basmalah
2.   Mendahulukan anggota yang kanan dari yang kiri.
3.   Menipiskan debu di telapak tangan.
4.   Berturut-turut.
5.   Membaca doa setelah tayammum (doanya doa selesai wudhu’).

Hal-Hal yang Membatalkan Tayammum

1.  Semua yang membatalkan wudhu’ membatalkan tayammum.
2. Mendapatkan/melihat air sebelum mengerjakan shalat bagi yang sebabnya karena ketiadaan air.
3.  Karena murtad atau kafir.
Praktek Tayammum
1.  Mencari tanah yang berdebu.
2.  Membaca basmalah.
3.  Berniat melakukan tayammum.
4.  Menempelkan kedua belah tangan ke atas debu.
5.  Mengusap tangan yang berdebu ke muka.
6.      Menempelkan kedua belah tangan sekali lagi ke atas debu.
7.      Mengusap telapak tangan kiri ke tangan kanan sampai siku dan sebaliknya.
8.      Membaca doa seperti doa berwudhu’.

NB : Cara bertayammum sebagai ganti mandi sama saja dengan tayammum sebagai ganti wudhu.

SHALAT


A. Pengertian, dasar hukum dan hikmahnya

            Shalat berasal dari Bahasa Arab yang artinya do’a,rahmat dan mohon ampun. Sedangkan shalat menurut pengertian ilmu fiqih ialah perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu.
            Hukum shalat bagi orang-orang muslim adalah wajib
1. Allah berfirman : “Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Allah”(QS.Thaha :14)
2. Rasulullah bersabda : “Allah SWT telah mewajibkan kepada umatku pada malam isra’ lima puluh kali shalat, maka aku selalu kembali menghadapNya dan memohon keringanan sehingga dijadikan kewajiban shalat itu lima kali dalam sehari semalam”(HR.Bukhari dan Muslim)
            Hikmah shalat antara lain :
1.      Shalat merupakan sarana pembentukan kepribadian muslim.
2.      Senantiasa bersyukur dan ingat kepada Allah.
3.      Membina muslim agar hidup senantiasa bersih dan suci.
4.      Terhindar dari gangguan kejiwaan.

B. Rukun dan syarat serta hal-hal yang membatalkan shalat

            Rukun-rukun shalat ada 13 macam, yaitu :
1.      Niat mengerjakan shalat sesuai dengan jenis shalatnya.
2.      Berdiri bagi yang mampu. Bagi yang tidak mampu boleh dengan duduk atau berbaring atau dengan isyarat.
3.      Takbiratul ihram
4.      Membaca surat al-Fatihah.
5.      Ruku’ dengan thuma’ninah.
6.      I’tidal dengan thuma’ninah.
7.      Sujud dua kali dengan thuma’ninah.
8.      Duduk di antara dua sujud dengan thuma’ninah.
9.      Duduk tahiyyatul akhir.
10.  Membaca tahiyyatul akhir.
11.  Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
12.  Mengucapkan salam yang pertama.
13.  Tertib.
Syarat-syarat shalat terbagi menjadi dua macam, yaitu :
1.      Syarat wajib shalat :
a.   Islam
b.   Baligh
c.   Berakal
2.      Syarat sah shalat  :
a.   Suci badan dari hadats besar maupun kecil.
b.   Suci badan, tempat dan pakaian dari najis.
c.   Menutup aurat.
d.   Telah masuk waktu shalat.
e    Menghadap kiblat.
f.    Mengetahui tata cara melaksanakan shalat.
            Hal-hal yang dapat membatalkan shalat :
1.      Meninggalkan salah satu rukun shalat atau memutuskan salah satu rukun sebelum sempurna dilakukan, seperti I’tidal sebelum sempurna dilakukan.
  1. Tidak memenuhi syarat shalat seperti berhadats, bernajis, terbuka aurat dll.
  2. Berbicara dengan sengaja bukan untuk kepentingan shalat.
  3. Banyak bergerak (3x atau lebih) berturut-turut dengan sengaja.
  4. Makan dan minum.
  5. Menambah rukun fi’li, seperti sujud tiga kali.
  6. Tertawa terbahak-bahak.
  7. Mendahului imam sebanyak dua rukun (khusus bagi makmum).
  8. Membelakangi kiblat.
  9. Berubah niat.
  10. Murtad.

C. Shalat qashar dan jama’ serta shalat jum’at

# Shalat Qashar
    Ialah shalat yang diringkaskan rakaatnya, yaitu shalat fardhu yang jumlah rakaatnya empat, diringkas menjadi dua rakaat saja.
1.  Syarat-syarat shalat qashar
a.        Jauh perjalanan sedikitnya 16 farsakh, sama dengan 80,640 km (dibulatkan 81 km).
b.        Perjalanan itu tidak untuk maksiat.
c.        Shalat yang diqashar hanya shalat yang empat rakaat.
d.        Berniat untuk menjama’ atau mengqashar ketika takbiratul ihram.
e.        Tidak makmum kepada orang yang shalat penuh.
2.   Niat shalat jama’ dan qashar[1]
# Shalat jama’
1.   Jama’ Taqdim
      Maksudnya, mengumpulkan 2 shalat dan dikerjakan pada shalat yang pertama (didahulukan), yaitu :
  1. Shalat zhuhur- shalat ashar dikerjakan di waktu zhuhur.
  2. Shalat maghrib- shalat isya dikerjakan di waktu maghrib.
     Syarat-syarat jama’ taqdim :
a.        Dikerjakan dengan tertib, yakni zhuhur kemudian ashar dan maghrib lalu isya.
b.        Niat mengumpulkan kedua shalat itu pada shalat yang pertama.
c.        Dikerjakan berturut-turut.
Niat shalat jama’ taqdim [2]
2.   Jama’ Ta’khir
      Maksudnya, mengumpulkan dua shalat dan dikerjakan pada shalat yang kedua (diakhirkan), yaitu :
a.        Zhuhur- shalat ashar dikerjakan di waktu ashar.
b.        Maghrib- shalat isya’ dikerjakan di waktu isya’.

Syarat-syarat jama’ ta’khir :

a.        Niat pada waktu yang pertama.
b.        Dikerjakan berturut-turut, tidak boleh disela dengan pekerjaan lain.
Niat shalat jama’ ta’khir[3]
# Shalat Jum’at
            Shalat jum’at ialah shalat dua rakaat yang dilaksanakan sesudah dua khutbah pada waktu zhuhur di hari jum’at.
            Shalat jum’at hukumnya fardhu ‘ain bagi setiap muslim laki-laki dewasa, merdeka dan penduduk tetap (mukim) bukan musafir.
Allah berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman apabila telah diseru untuk menunaikan shalat pada hari jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”(QS. Al-Jumu’ah:9).

Syarat wajib jum’at

  1. Islam                              e.   laki-laki
  2. Baligh atau dewasa        f.   Merdeka
  3. Berakal                           g.  Penduduk tetap(mukim) bukan musafir
  4. Sehat

Syarat sah jum’at

a.       Diadakan dalam satu tempat tinggal baik di kota maupun di desa.
  1. Dilaksanakan dengan berjamaah.
  2. Dikerjakan pada waktu zhuhur.
  3. Dilaksanakan setelah didahului oleh 2 khutbah.

Khutbah jum’at

a.       Memuji Allah pada khutbah pertama dan khutbah kedua.
  1. Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
  2. Memberi nasihat kepada hadirin agar bertaqwa kepada Allah SWT.
  3. Membaca ayat-ayat al-Qur’an pada salah satu dari 2 khutbah.
  4. Berdo’a untuk orang mukminin pada khutbah yang kedua.

Syarat khutbah jum’at

a.       Dikerjakan dalam waktu zhuhur.
  1. Khatib harus suci dari hadats dan najis.
  2. Khatib menutup aurat.
  3. Khutbah dilaksanakan dengan berdiri, kecuali jika tidak mampu.
  4. Dengan duduk di antara dua khutbah.

Sunah khutbah jum’at

  1. Khutbah dilaksanakan di tempat yang lebih tinggi.
  2. Memberi salam sesudah naik mimbar.
  3. Dengan suara yang terang, fashih, lancar dan mudah dipahami.
  4. Duduk sejenak setelah salam.
  5. Khutbah disampaikan tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek.

Halangan-halangan dalam shalat jum’at

      a.   Sakit       b.   Hujan lebat

Amalan-amalan sebelum shalat jum’at

  1. Mandi
  2. Memotong kuku dan merapikan kumis.
  3. Memakai pakaian yang rapih dan bersih.
  4. Memakai harum-haruman.
  5. Menuju masjid dengan berjalan kaki perlahan-lahan dan tidak banyak bicara.
  6. Masuk masjid dengan kaki kanan sambil membaca doa.
  7. Shalat sunah tahiyyatul masjid.
  8. Niat I’tikaf di dalam masjid.

D.  Shalat Sunah dan Macam-Macamnya

1.   Shalat Sunah Rawatib
      Ialah shalat sunah yang menyertai shalat fardhu baik dikerjakan sebelumnya (qabliyah) ataupun dikerjakan sesudahnya (ba’diyah).Shalat rawatib ini ada yang bersifat muakkad (kuat) dan ada yang bersifat ghairu muakkad (tidak kuat), yaitu
NO
Shalat
K/TK
Qabliyah
Ba'diyah
1
Shubuh
K
2



TK


2
Zhuhur
K
2
2


TK
2
2
3
Ashar
K




TK
4

4
Maghrib
K

2


TK
2

5
Isya
K

2


TK
2

K   =Kuat                    =10 rakaat
TK =Tidak kuat           =12 rakaat,seluruhnya =22
2.   Shalat Sunah Nawafil
      Ialah shalat sunah yang berdiri sendiri karena suatu sebab atau tidak ada sebab. Shalat sunah ini selain shalat sunah rawatib yang mengiringi shalat fardhu, antara lain :
  1. Shalat Dhuha
Ialah shalat yang dikerjakan di waktu dhuha.2 sampai 12 rakaat. Mulai matahari naik setinggi tombak (sekitar 18°) sampai tergelincir matahari. Caranya seperti shalat fardhu dengan salam setiap 2 rakaat.
b.      Shalat Witir
Ialah shalat yang dilaksanakan pada malam hari sebagai penutup shalat malam. Rakaatnya ganjil (dari 1sampai 11 rakaat). Waktunya sesudah melaksanakan shalat isya hingga terbit fajar. Cara melaksanakannya seperti shalat fardhu biasa dengan salam setiap selesai dua rakaat, kecuali yang satu rakaat.
c.       Shalat Tarawih
Ialah shalat sunah muakkad yang hanya dikerjakan pada malam hari di bulan Ramadhan. Tentang rakaat ada beberapa pendapat, yaitu : 8,20 atau 36 rakaat. Waktunya setelah shalat isya sampai terbit fajar. Caranya seperti shalat fardhu dengan salam setiap 2 rakaat.
d.      Shalat Tahajjud
Ialah shalat sunah yang dikerjakan pada malam hari setelah shalat isya.Rakaatnya 2 sampai tidak terbatas. Waktunya setelah shalat isya sampai terbit fajar (waktu terbaik sesudah tidur pada sepertiga malam terakhir). Caranya seperti shalat fardhu dengan salam setiap dua rakaat.
e.       Shalat Tahiyatul Masjid
Ialah shalat untuk menghormati masjid. Jumlah bilangannya dua rakaat. Waktunya setiap masuk masjid sebelum duduk. Caranya seperti shalat fardhu biasa.
f.        Shalat Hajat
Ialah shalat sunah yang dilaksanakan bagi orang yang punya hajat (keperluan) baik kepada Allah atau kepada sesama manusia. Jumlahnya 2 rakaat. Waktunya kapan saja setiap mempunyai keperluan. Caranya seperti shalat fardhu biasa.
g.       Shalat Istikharah
Ialah shalat memohon petunjuk kepada Allah agar memberikan pilihan terbaik karena adanya kebimbangan dari beberapa pilihan yang ada. Jumlahnya 2 rakaat. Waktunya kapan saja (siang / malam). Tetapi yang terbaik sepertiga terakhir malam. Caranya seperti shalat fardhu biasa.
h.       Shalat ‘Idain (Hari Raya)
Ialah shalat sunah berjamaah pada hari raya (Idul Fitri) atau (Idul Adha).Jumlahnya masing-masing 2 rakaat. Waktunya mulai terbit matahari sampai tergelincirnya, yaitu sekitar antara pukul 07.00- 08.30, Idul fitri pada tanggal 1 syawal dan Idul Adha pada tanggal 10 Dzulhijjah. Caranya seperti shalat fardhu biasa, kecuali pada takbirnya. Pada rakaat pertama (sesudah takbiratul ihram) mengangkat takbir lagi sebanyak 7 kali, dan 5 kali pada takbir kedua.Bacaan diantara takbir dengan takbir yaitu “subhanallah walhamdulillah walailahaillallah waallauhuakbar”.
i.         Shalat Gerhana (Gerhana Bulan/Matahari)
Ialah shalat yang dilakukan secara berjamaah/sendiri ketika terjadi gerhana (bulan/matahari). Jumlahnya 2 rakaat. Waktunya pada saat terjadi gerhana. Caranya seperti shalat fardhu biasa. Tetapi pada setiap rakaat ruku’ 2 kali, I’tidal 2 kali, dan membaca al-Fatihah 2 kali.
j.        Shalat Istisqa
Ialah shalat berjamaah untuk meminta turun hujan. Jumlahnya 2 rakaat. Waktunya kapan saja bila terjadi kemarau panjang akibat kedurhakaan penduduk atau lainnya. Dilaksanakan di pagi hari sesudah matahari meninggi.Caranya 3 hari sebelumnya masyarakat dianjurkan berpuasa. Pada hari ke-4 mereka keluar bersama-sama kelapangan (tua muda, anak-anak bahkan dengan binatang ternaknya). Kemudian shalat 2 rakaat seperti shalat hari raya hanya beda niatnya saja. Setelah shalat dilanjutkan dengan khutbah yang dimulai dengan istigfar masing-masing 7 kali pada setiap khutbah. Adapun cara khutbah istisqa sebagai berikut :
1.      Sunah khatib memakai selendang.
2.      Khutbah berisi anjuran istigfar, merendahkan diri kepada Allah dan menyakinkan bahwa Allah akan mengabulkan doa apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh.
3.      Doa-doanya adalah untuk meminta hujan.
4.      Tangan diangkat tinggi-tinggi ketika berdoa.
5.      Pada pertengahan khutbah kedua dan ketika membaca doa, khatib berpaling menghadap kiblat dan bersama-sama berdoa.
6.      Ketika berpaling khatib mengubah selendangnya. Yang kanan ke kiri dan yang atas ke bawah.
k.      Shalat Thuhur
Ialah shalat sunah yang dikerjakan sesudah wudhu. Jumlahnya 2 rakaat. Waktunya sesudah  berwudhu. Caranya seperti Shalat fardhu biasa.
l.         Shalat Itidzhar
Ialah shalat untuk menanti datang imam atau khatib. Jumlahnya 2 rakaat dan boleh terus sampai datangnya khutbah pada hari jumat.
m.     Shalat Sunah Thawaf
Ialah shalat sunah 2 rakaat yang dilakukan sesudah thawaf (mengelilingi ka’bah di Mekkah).
n.       Shalat sunah 2 rakaat ketika hendak berpergian dan ketika datang dari berpergian. Caranya seperti shalat fardhu biasa.




[1] Lembar akhir
[2] ibid
[3] ibid